Selasa, 18 Juni 2013

Mengatur posisi pasien

  • 1. MENGATUR POSISI 
  • 2. MENGATUR POSISI• Pasien yang mengalami gangguan fungsi sistem skeletal, saraf atau otot dan peningkatan kelemahan serta kekakuan biasanya membutuhkan bantuan perawat untuk memperoleh kesejajaran tubuh yang tepat ketika selama berada di tempat tidur atau duduk.
  • 3. TUJUAN MERUBAH MENGATUR POSISI:• Mencegah nyeri otot• Mengurangi tekanan• Mencegah kerusakan saraf dan pembuluh darah superfisial• Mencegah kontraktur• Mempertahankan tonus otot dan refleks• Memudahkan suatu tindakan baik medik maupun keperawatan.
  • 4. MACAM-MACAM POSISI• Sim’s• Fowler• Semi Fowler• Trendelenburg• Supine• Litotomy• Genupectoral• Dorsal recumbent.
  • 5. ALAT-ALAT BANTU YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGATUR POSISI TEPAT• 1 Bantal• Memberi sokongan tubuh dan ekstremitas, meninggikan beberapa bagian tubuh, membebat daerah insisi untuk mengurangi sakit pasca operasi• 2 Papan kaki/Footguard• Mempertahankan dorsofleksi pada kaki• 3 Trochanter roll• Mencegah rotasi luar pada tungkai ketika klien posisi supine• 4 Sanbag ( bantal pasir )• Memberi sokongan dan bentuk struktur tubuh, membuat imobilisasi ektremitas, mempertahan kesejajaran tubuh spesifik
  • 6. LANJUAN• 5 Gulungan tangan ( hand roll )• Mempertahankan ibu jari sedikit aduksi dan berlawanan pada jari, mempertahankan jari-jari tangan dalam posisi sedikit fleksi.• 6 Trapeze bar• Memampukan klien untuk mengangkat tubuh dari tempat tidur , memungkinkan klien berpindah dari tempat tidur ke kursi roda, memungkinkan klien melakukan latihan untuk menguatkan lengan bagian atas.• 7 Pagar tempat tidur• Memungkinkan klien lemah berguling dari sisi ke sisi lain atau duduk di atas tempat tidur• 8 Papan tempat tidur• Memberikan sokongan tambahan pada matras dan memperbaiki kesejajaran tulang vertebra.
  • 7. I . POSISI SIM’S ( SEMIPRONE)• Merupakan gabungan posisi miring dan prone (tengkurap) . Pada posisi ini lengan bawah ada dibelakang pasien dan lengan atas fleksi pada bahu dan siku, kedua kaki fleksi ke depan, tungkai atas lebih fleksi pada panggul dan lutut dibandingkan tungkai yang satunya.
  • 8. KEGUNAAN :• Pada pasien tidak sadar untuk mencegah aspirasi• Pada pasien lumpuh ( paraplegia atau hemiplegia) dapat mengurangi tekanan pada sakrum dan trohanter pada panggul.• Pada pasien yang akan mengalami pemeriksaan atau pengobatan daerah perineal.
  • 9. Masalah umum yang terjadi pada posisi Sim’s:• Fleksi lateral pada leher• Rotasi dalam, adduksi atau kurang sokongan di bahu dan panggul• Kurang sokongan di kaki• Kurang perlindungan dari titik penekanan di tulang illium, humerus, klavikula, lutut dan pergelangan kaki.
  • 10. II. POSISI SEMI FOWLER• Posisi semi fowler ( setengah duduk ) adalah posisi berbaring dengan menaikan kepala dan badan 30 -45 derajat .• Kegunaan :• Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan.
  • 11. SEMI FOWLER
  • 12. POSISI FOWLER• Posisi fowler adalah posisi berbaring dengan menaikan kepala dan badan 80 – 90 derajat . Posisi fowler dengan sandaran memperbaiki curah jantung dan ventilasi dan eleminasi urine dan bowel. Sudut ketinggian kepala dan lutut serta lamanya klien berada pada posisi fowler dipengaruhi oleh penyakit dan kondisi pasien secara keseluruhan. Penyokong harus menjadikan pinggul maupun lutut fleksi, dan tepatnya kesejajaran garis vertebra servical, torakal, dan lumbal yang normal.
  • 13. Masalah umum yang sering terjadi :• 1. Meningkatnya fleksi servikal karena bantal di kepala terlalu tebal dan kepela terdorong ke depan.• 2. Ektensi lutut memungkinkan klien meluncur ke bagian kaki tempat tidur.• 3. Tekanan lutut bagian posterior, menurunkan sirkulasi ke kaki• 4. Rotasi luar pada pinggul• 5. Lengan mengantung di sisi klien tanpa disokong• 6. Kaki tidak tersokong• 7. Titik penekanan di sakrum maupun di tumit yang tidak terlindungi.
  • 14. III. Trendelenburg• Posisi bagian kepala lebih rendah dari bagian kaki• Kegunaan :• Pada pasien yang mengalami shock• Pasien hypotensi.
  • 15. IV. POSISI LITOTOMY• Posisi pasien dalam keadaan terlentang dengan ke dua kaki diangkat, lutut di tekuk ke arah dada.• Kegunaannya untuk mempermudah saat persalinan.
  • 16. v. POSISI ORTHOPNEIC• Merupakan adaptasi dari posisi high fowler . Pasien duduk pada tempat tidur atau pinggir tempat tidur dengan sokongan meja di samping tempat tidur lebih tinggi dari tempat tidur. Kegunaan memperbaiki respirasi karena pelebaran rongga dada maksimal terutama pada pasien yang mengalami kesulitan mengeluarkan udara pernapasan.
  • 17. VI. POSISI Dorsal recumbent.• Posisi pasien dengan posisi terlentang dengan kedua kaki /tungkai di tekuk, sedikit direnggangkan dan kedua kaki menapak pada kasur. Kegunaan sikap ini untuk memudahkan pemeriksaan palpasi daerah perut, rektal touch, vagina touch , memudahkan pelaksanaan prosedur keperawatan seperta : pemasangan kateter wanita , vulva hygiene .
  • 18. VII. POSISI SUPINE• Posisi terlentang hubungan antar bagian tubuh pada dasarnya sama dengan kesejajaran berdiri yang baik kecuali tubuh berada pada potongan horizontal.• Tujuan nya memberikan garis lurus pada tulang belakang sesuai dengan posisi yang sebenarnya.• Indikasi :• Klien dengan posisi post spinal anestesi• Klien dengan operasi tulang belakang• Posisi alternatif untuk klien yang bedrest.•
  • 19. VIII. POSISI TELUNGKUP ( PRONE )• Klien berada dalam posisi telungkup adalah berbaring dengan wajah menghadap ke bawah , kepala miring kesalah satu sisi .Keuntunan ini membuat panggul dan lutut ektensi penuh.• Keguaan :• Menghindari kontraktur• Memudahkan drainage mulut : khusus pada pasien tdk sadar yang telah menjalani operasi mulut atau tenggorokan. Posisi ini tidak boleh dilakukan pada paien gangguan leher dan lumbal .
  • 20. • Masalah yang sering terjadi ;• Hyperekstensi leher• Hyperekstens spinal lumbal• Plantarfleksi pergelangan kaki• Titik penekanan di dagu ,siku, pinggul, lutut, dan jarijari kaki tidak terlindungi• .
  • 21. Keguanaan :• Mengurangi lordosis dan memperbaiki susunan tulang belakang.• Membantu mengurangi tekanan pada sakrum dan bokong.• Nyaman bagi pasien yang mengalami defisit sensori dan motorik
  • 22. X. Posisi Genupektoralis• Posisi tubuh kepala lebih rendah dari tubuh , panggul /bokong diatas disokong oleh kaki /paha dengan lutut kaki datar sejajar dengan kepala.• Keguaannya :• untuk mempermudah dalam pemeriksaan daerah rektum, upaya untuk membantu rotasi /perputaran posisi bayi letak sungsang.
  • 23. IX POSISI MIRING/ LATERAL• Sikap pasien miring pada salah satu sisi tubuh, dengan sebagian besar berat tubuh berada pada pinggul dan bahu. Kesejajaran tubuh harus sama ketika berdiri. Contohnya , struktur tulang belakang harus tetap dipertahankan, kepala disokong pada garis tengah tubuh, dan rotasi tulang belakang harus dihindari.
  • 24. Masalah yang umum terjadi pada posisi miring :• Fleksi lateral pada leher• Lengkung tulang belakang keluar dari kesejajaran tubuh normal.• Persendian bahu dan pinggul berotasi dalam, adduksi, atau tidak disokong• Kurangnya sokongan• Titik penekanan di telinga, tulang illium, lutut, dan pergelangan kaki kurang terlindungi.

Minggu, 16 Juni 2013

7 Langkah Cuci Tangan yang Benar



Menjaga kesehatan memang tidaklah mudah, maka mulailah dari hal yang terkecil terlebih dahulu, seperti halnya mencuci tangan. Mencuci tangan memang hal yang terkadang diremehkan oleh banyak orang. Masih banyak orang zaman sekarang yang makan menggunakan tangan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, dan sebelum melakukan aktivitas serta sehabis melakukan aktivitas. Mencuci tangan itu sangatlah penting, agar terhindar dari kuman-kuman penyakit yang akan menimbulkan suatu penyakit pada diri kita,
Tangan merupakan media penularan kuman-kuman penyakit. Hanya melalui tangan yang kotor, kuman penyakit dapat dengan mudah berpindah dari satu orang ke orang lain. Maka dari itu cucilah tangan sebelum makan, seusai beraktivitas (aktivitas di toilet/BAB,BAK).
Mencuci tangan bukan hanya sekedar cuci tangan dengan membasuh telapak tangan, namun cuci tangan yang benar itu adalah mencuci tangan dengan membersihkan pada telapak tangan, punggung telapak tanagn, jari-jari tangan, sela-sela jari, pergelangan tangan, dan pada kuku-kuku jari tangan. Mencuci tangan yang baik menggunakan air yang mengalir.


7 Langkah cuci tangan yang benar, yaitu : 
  1. Basahi tangan dengan air mengalir dan teteskan/usapkan sabun secukupnya. Gosok kedua telapak tangan sampai ke ujung jari.
  2. Gosokkan juga telapak tangan kanan ke punggung tangan kiri (atau sebaliknya), dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan kiri.
  3. Gosok sela-sela jari tersebut (Lakukan sebaliknya).
  4. Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lain dan saling mengunci.
  5. Usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan gerakan berputar. Lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri.
  6. Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan ke depan, ke belakang dan berputar. (Lakukan sebaliknya).
  7. Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan gerakan memutar (Lakukan pula untuk tangan kiri).

 


Jumat, 14 Juni 2013

Laporan Laboratorium minggu ke XI


Ø  kasus :

Ny Ria berusia 49 tahun dirawat dibagian bedah karena telah menjalani operasi  appendiktomi, dokter yang menangani menginstruksikan obat antibiotik dengan dosis 3x1/hari secara oral. Perawat akan melaksanakan instruksi pemberian obat dari dokter.



Ø  Stasiun II :

1.       Laksanakan 7 prinsip benar dalam pemberian obat.

2.       Perhatikan legal aspek dalam prinsip tersebut



-          Muhammad iqbal salim dan Nurhikmah sebagai  perawat

-          Nastriani sebagai pasien

-          Nurita Ansar dan musdalifa sebagi keluarga pasien

-          Nurmisal sebagai pembaca naskah



PEMBERIAN OBAT ORAL

Tujuan :
1. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter.
2. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.


Yang harus diperhatikan :
1. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui indikasi pemberian obat, dan efek samping obat.
2. Menerapkan prinsip 10 benar dalam pemberian obat.
3. Dalam pemberian obat oral harus diperhatikan jenis obatnya. Pemberian obat secara sublingual dilakukan dengan cara meletakkan obat di bawah lidah dan menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum/berbicara selama obat belum larut seluruhnya. Dalam pemberian obat kumur pasien disarankan untuk berkumur dengan obat yang telah ditentukan, siapkan pula wadah untuk membuang cairan kumur. Dalam pemberian obat salep untuk lesi di mulut, dilakukan sebelum atau setelah pasien makan dan minum, sehingga pemberian obat efektif.
4. Perawat harus memastikan bahwa pasien betul-betul meminum obatnya. Bila ada penolakan dari pasien untuk makan obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan serta memotivasinya. Bila pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan setelah dilakukan informed consent, maka pasien atau keluarga yang bertanggung jawab, menandatangani surat penolakan.
5. Bila pasien tidak kooperatif, pemberian obat oral dapat melibatkan keluarga.




Prosedur Kerja
I. Persiapan:

1. Pasien dan keluarga
a. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemberian obat
2. Alat-alat
a. Obat-obatan yang akan diberikan
b. Mangkok atau sendok obat
c. Daftar pemberian obat
d. Air minum (air putih) dan -bila perlu- sedotan
e. Perlak dan alasnya, bila perlu.
f. Penggerus obat, bila perlu.
3. Lingkungan: perhatikan privasi pasien
4. Perawat: mencuci tangan


II. Pelaksanaan
1. Periksa kembali daftar obat pasien
2. Membawa obat dan daftar obat ke hadapan pasien sambil mencocokkan nama pada tempat tidur dengan nama pada daftar obat.
3. Memanggil nama pasien sesuai dengan nama pada daftar obat
4. Memberikan obat satu persatu pada pasien sambil menunggu pasien selesai minum obat, dengan menjelaskan kegunaan obat dan cara memakan obat sesuai jenis obat, misalnya pasien dianjurkan untuk langsung menelan obat atau obat dikunyah dulu, atau obat dihisap pelan-pelan, setelah selesai beri pasien air minum, kalau perlu.
5. Menyimpan kembali obat-obat persediaan milik pasien ke tempatnya
6. Mengobservasi keadaan umum pasien
7. Mencuci tangan.
8. Membuat catatan keperawatan



DAFTAR MENU MAKANAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PENCERNAAN



Terdapat bebrapa makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan pada penderita penyakit ini, seperti yang terlihat pada tabel :
No.
Jenis bahan makanan
Boleh diberikan
Tidak boleh diberikan
1
Sumber hidrat arang (nasi atau penggantinya)
Beras, diubur atau ditiim; ketang , direbus aau dipree; makaroni, mie, bihun, direbus; roti, biskuit, marie dan epung-tepungan, dibuat bubur atau puding
Beras kean aau wajik, bugur, jagung, canel, ubi singkong, kentang goreng, cake, dodol dan kue yang terlalu manis

Sumber protein hewani (daging atau penggatinya)
Ikan, hati , daging sapi empuk, ayam digiling atau dicincang dan direbus, disemur, ditim atau dipanggang; telur ayam direbus, didadar, diceplok air, atau dicampurkan dalam makanan; susu
Daging, ikan , ayam yang dikalengkan, digoreng, dikeringkan (dendeng); telur ceplok atau goreng

Sumber protein nabati (kacang-kacangan)
Tahu, tempe direbus, ditim, atau ditumis; kacang hijau direbus dan dihaluskan
Tahu, tempe digoreng; kacang merah, kacang tanah digoreng atau di oven

Lemak
Margarin, minyak (tidak untuk menggoreng) dan santan encer
Lemak hewan; santan kental



Sayuran
Sayuran yang tidak banyak mengandung serat dan tidak menimbulkan gas, misalnya bayam, labu siam, wortel, tomat, direbus atau ditumis
Sayura yang banyak serta dan menimbulkan gas; sayuran mentah

Buah-buahan
Pepaya, pisang rebus, sawo, jeruk garut, sari buah (sebaiknya dimakan bersama nasi)
Buah yang banyak serta dan menimbulkan gas, misaknya ambu biji, nanas, kedongdong, durian, nangka da buah yang dikeringkan (sate pisang, manisan pala, dan sebagainya)

Bumbu-bumbu
Gula, garam , vetsin, kunyit, kunci, sereh , salam, lengkuas , sedikt jahe, dan bawang
Lombok/ cabai, merica, cuka dan bumbu-bumbu yang merangsang

Untuk contoh menu dietnya sendiri yaitu;
a)      Pagi (sekitar pikul 07.00)
  • Beras                     : 30 g = 1,0 gelas bubur nasi
  • Telur                      : 50 g = 1,0 butir telur
  • Sayuran                 : 50 g = 0,5 gelas
  • Margarin                :  5  g = 0,5 sdm
  • Gula pasir              : 10 g = 1,0 sdm
b)      Pukul 10.00
  • Maizena                 :   15 g = 3,0 sdm
  • Susu                      : 300 g = 1,5 gelas
  • Gula pasir              :   25 g = 2,5 sdm
c)      Siang
  • Beras                     :   30 g = 1,0 gelas bubur
  • Daging                  :   50 g = 1,0 potong sedang
  • Sayur                     :   75 g = 0,75 gls
  • Pepaya                   : 100 g = 1,0 ptg sedang
  • Margarin                :   10 g = 1,0 sdm
d)     Pukul 16.00
  • Maizena                 :   15 g = 3,0 sdm
  • Susu                      : 300 g = 1,5 gls
  • Gula pasir              :   25 g = 2,5 sdm
e)      Sore (sekitar pukul 16.00)
Sususan makanan sama dengan susunan makanan siang
f)       Malam (pukul 20.00)
  • Roti                       : 40 g = 2,0 ptg
  • Margarin                : 10 g = 1,0 sdm
  • Telur                      : 50 g = 1,0 butir
  • Gula pasir              : 10 g = 1,0 sdm